Minggu, 19 Februari 2017

FILSAFAT

 
 
 
FILSAFAT
Filsafat adalah sebuah studi mengenai aktivitas pola fikir, maka yang dibahas dalam studi filsafat adalah pemikiran. Pola fikir filsafat tidak hanya melihat apa yang tampak, tetapi membahas apa yang tidak tampak. Jika kita gambarkan dengan sebuah pohon, maka pembahasannya tidak hanya samppai kepada batangnya, tetapi sampai pada akarnya. Maka pola fikir filsafat bersifat menyeluruh, sampai ke akar akarnya.
Hubungan antara metode filsafat dan metode ilmiah adalah bahwa pola berfikir filsafat menghasilkan sebuah spekulasi dan hipotesa. Hipotesa tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu dengan metode ilmiah yang telah disepakati. Maka hubungan antara filsafat dan metode ilmiah adalah sebuah hubungan yang saling bangun membangun untuk  membangun sebuah bangunan keilmuan.
Pembahasan filsafat:
1.             Filsafat Umum : a. Metafisika ; Metafisika umum : ontologi : - esensi
-  Eksistensi
-  Form
-  Materi
-  Causality
 Metafisika Khusus : - Psikologi
-   Antropologi
-   Kosmologi
-   Teologi
-   Escatologi
b. Epistemologi : - Logika
                            - Filsafat Ilmu
c. aksiologi : - etika
                     - estetika
2.             Filsafat Khusus : Filsafat Islam, filsafat pancasila, filsafat madura, filsafat kristen, Filsafat Cina dan lain sebagainya.
Filsafat ada yang bersifat teoritis dan ada juga yang bersifat praktis. Filsafat praktis adalah konsep yang langsung di praktekkan ke dalam kehidupan, contohnya: etika individu, ekonomi keluarga dan politik komunikasi. Sedangkan filsafat teoritis adalah sesuatu yang proposisi (rumus rumus), contohnya : theologi (metafisika ketuhanan), matematika (aritmatika, astronomi, geometri, musik), ilmu ilmu alam ( kosmologi, botani, zoologi dan minralogi).
FILSAFAT ISLAM
Sejarah Filsafat
Perkembangan filsafat :
a.              Era Yunani
Pada masa ini adalah awal kemunculan filsafat sekaligus menjadi induk dari filsafat pada masa masa selanjutnya. Muncul pada abad ke 6 SM dengan adanya Shopist (orang yang mempunyai kelebihan). Shopist adalah termasuk keturunan raja, orang kaya, dan orang yang mempunyai keterampilan. Cara berfikir Shopist adalah skeptis, agnostic dan relative
b.             Era Romawi
Di pelopori oleh Socrates (4 SM) yang merupakan bapak filsafat. Dia adalah pencetus Philosophy. Penerus Socrates adalah Plato.
c.              Era Kristen
Pada masa ini filsafat dibumihanguskan dikarenakan oleh tuntutan gereja. Maka pada masa ini ajaran filsafat tidak berkembang.
d.             Era Islam
Filsafat masuk ke dalam ranah keilmuan Islam pada abad ke 6 M,pada zaman daulah Abbasyiyah (Ja’far Al Manshur). Pada hakikatnya, tidak ada filsafat dalam Islam. Filsafat Islam sejatinya adalah filsafat Yunani yang di islamkan. Filsafat Islam di ambil dari filsafat Yunani dan Romawi yang disertai dengan kritik dan retorika karena masyarakat Yunani adalah masyarakat yang demokratis. Ulama filsafat muslim menyerap bahan mentah dari filsafat Yunani disertai dengan kritik dan menjadikan Al Qur’an sebagai landasan dalam filsafat.
Term Filsafat dalam Islam : Falsafah, Kalam, Hikmah, Arabic Philosopy,Moslem Philosopy.
Tujuan Filsafat Islam:
- mengenal konsep penting dalam Islam yaitu Tuhan yang merupakan Rima Causa (penyebab pertama).
- Menghubungkan konsep seminal ( konsep yang belum terabtraksi) dalam Al Qur’an
- Mencocokkan Konsep Islam dengan isu isu kontemporer.
Beberapa filsuf muslim : Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan ar Razi.

Al FARABI
Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Uzlagh al Farabi. Lahir di Transoxia pada abad 874 M dan wafat pada 950 M. Berasal dari keturnan Turki. Nama Al Farabi berasal dari nama tempat kelahirannya, yaitu Farab, Transaxonia. Al Farabi belajar di Baghdad yang merupakan pusat ilmu pengetahuandan filsafat. Disana ia belajar filsafat, logika, matematika, metafisika, etika, ilmu politik, musik dll. Dia dikenal sebagai al mu’allim al tsani (Guru Kedua) setelah al mu’allim Al Awwal (Aritoteles).
Pemikiran filsafat Al Farabi dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Aristoteles dan Plato. Al Farabi menggabungkan kedua pemikiran ini dan mengomparasikannya dalam satu metode ilmiah.
Pemikiran Filsafat Al Farabi
Al Farabi berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat dan agama.
Filsafat Emanasi
Al Farabi berpendapat bahwa Tuhan tidak menciptakan, melainkan memancarkan (Al Faidh). Segala sesuatu yang ada atau alam ini memancar dari zat Tuhan melalui akal akal yang berjumlah sepuluh. Antara alam materi dan Zat Tuhan terdapat pengantara. Tuhan berfikir tentang diri Nya, dan dari pemikiran ini memancarlah akal pertama. Akal pertama berfikir tentang Tuhan, dari pemikiran muncullah akal kedua. Akal kedua berfikir tentang Tuhan, dan dari pemikiran ini muncullah akal ketiga. Demkian seteruusnya sampai memancar akar yang kesepuluh.
Dari pemikiran akal pertama timbullah langit pertama. Akal akal lainnya juga berfikir tentang dirinya masing masing, dam dari pemikiran itu timbullah planet planet yang menghuni alam ini. Dengan demikian Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai hubungan langsung dengan alam materi yang mengandung arti banyak.
Filsafat Jiwa Al Farabi
Jiwa manusia terpancar dari akal yang kesepuluh. Al Farabi membagi jiwa menjadi 3:
1.    Daya gerak yang memuat daya mkan, memelihara dan berkembang
2.    Daya mengetahui yang memuat daya merasa dan berimaginasi
3.    Daya berfikri yang memuat akal praktis dan teoritis.
Filsafat Akal Al Farabi
Al Farabi membagi akal menjadi 3 tingkatan:
1.    Akal materil/ akal potensial: menangkap bentuk bentuk dari benda benda yang dapat ditangkap denngan panca indra.
2.    Akal Aktuil: menangkap arti arti dan konsep konsep
3.    Akal mustafad : mempunyai kesanggupan untuk mengadakan komunikasi dengank atau menangkap inspirasi dari akal yang ada di ats dan diluar diri manusia, yaitu al aql al fa’al (akal aktif). Akal inilah yang dapat menerima pancaran yang dikirimkan Tuhan melalui akal akal tersebut.
Filsafat Kenabian Al Farabi
Nabi dan Rasul dapat menerima wahyu karena ia mempunyai kesanggupan untuk berkomunikasi dengan akal kesepuluh yang diibaratkkan sebagai malaikat dalam pandangan Islam. Nabi dan Rasul diberi daya imajinasi yang begitu kuat oleh Tuhan, sehingga mereka dapat berkoomunikasi dengan akal kesepuluh tanpa latihan. Dengan imajinasi yang kuat, para Nabi dan rasul dapat melepaskan diri dari pengaruh panca indera dan dari tuntutan jasmani. Sementara para filsof dapat berhubungan dengan akal kesepuluh melalui akal mustafad dan itu dilakukan melalui latihan latihan.
AL KINDI
Al Kindi adalah seorang filsuf besar pertama Arab dan Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais Al Kindi. Nama Al Kindi berasal dari nama salah satu suku arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah.
Al Kindi mengumpulkan hikmah Yunani dan filsafat Yunani ke dalam pemikiran umat Islam, dimana sebelumnya, filsafat Islam yang murni adalah ilmu tauhid, yaitu ilmu Kalam.
Pemikiran Filsafat Al Kindi
a.    Konsep Etika (definisi filsafat atau cita filsafat)
Menurut Al Kindi, filsafat adalah upaya meneladani perbuatan perbuatan Tuhan sejauh dapat di jangkau oleh kemampuan manusia. Asas jiwa manusia dibagi menjadi 3 :
-            Kebijaksanaan (hikmah) yaitu daya fikir yang bersifat teoritik dan praktis
-            Keberanian ( nadjah) yaitu daya gairah untuk mencapai sesuatu yang harus di capai dan menolak apa yang harus di tolak
-            Kesucian (iffah) adalah memperoleh sesuatu yang memang harus diperoleh guna mendidik dan memelihara badan serta manahan dirinya yang tidak diperlukan untuk itu.
b.    Talfiq ( Integrasi Agama dan Filsafat)
Al Kindi berusaha memadukan antara agama dengan filsafat. Menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang benar. Al Qur’an yang membawa argumen argumen yang lbih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertenrangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan filsafat juga menggunakan akal. Yang benar pertama bagi Al Kindi adalah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama inilah pula dasarnya. Filsafat yang paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan.
c.    Jiwa
Dalam filsafat jiwa, Al Kindi lebih dekat kepada Plato daripada Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah baharu, karena jiwa adalah bentuk bagi badan, jiwa dan badan membentuk suatu kesatuan esensial. Kemusnahan badan membawa kepada kemusnahan jiwa. Sedangkan Plato berpendapat  bahwa kesatuann badan dan jiwa adalah kesatuan temporar. Kemusnahan badan tidak mengakibatkan kemusnahan jiwa. Jiwa, menurut Al Kindi, tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu, jiwa bersifat spiritual, Ilahiyah, terpisah dan berbeda dengan tubuh. Sedangkan jisim mempunyai sifat hawa nafsu dan pemarah. Al Kindi berpendapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya, yakni: daya penafsu, daya pemarah, dan daya berfikir. Sebagaimana Plato, ia membandingkan ketiga daya tersebut dengan daya berfikir sebagai sais kereta dan kedua daya lainnya sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut.

Filsafat Ketuhanan Al Kindi
Adapun mengenai ketuhanan, bagi Al Kindi , tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului oleh wujud lain. Wujud-Nya tidak berakhir, sedangkan wujud lain disebabkan oleh wujud-Nya.
Tuhan dalam filsafat Al Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah atau mahiah. Tidak aniah karena Tuhan tidak termasuk benda benda yang ada di alam, bahkan Ia adalah pencipta alam.  Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk. Juga, Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahiah, karena Tuhan tidak merupakan genus atau spesies. Tuhan hanya satu, dan tidak ada yang serupa dengan Tuhan. Tuhan adalah unik. Ia adalah alhaq al awwal dan al haq al wahid. Ia semata mata hanya satu.
Sesuai dengan paham yang ada dalam Islam, Tuhan bagi Al Kindi adalah pencipta dan bukan penggerak pertama sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles. Alam bagi Al Kindi bukan kekal di zaman lampau tetapi mempunyai permulaan.
IBNU SINA
Nama lengkapnya Abu Ali Al Husein ibn Abdullah Ibn al Hasan ibn Ali ibn Sina. Lahir di desa Afsyanah, dekat Bukhra Transoxina. Meninggal pada tahun 1037 M/428 Hdalam usia 58 tahun dan dimakamkan di Hamadzan Iran.
Pemikiran Filsafat Ibnu Sina
Filsafat Jiwa
Pemikiran jiwa Ibnu Sina tidak berbeda dengan pemikiran Al Farabi. Keduanya menyatakan teori emanasi (konsep al Faidh).
Segi segi kejiwaan Ibnu Sina dibagi menjadi 2 segi:
-                 Segi fisika, membicarakan tentang jiwa
-                 Segi metafisika, membicarakan hakikat jiwa, pertalian jiwa dengan badan dan keabadian jiwa.
Ibnu Sina membagi jiwa menjadi 3 bagian:
-                 Jiwa tumbuh tumbuhan dengan daya makan, tumbuh dan berkembang biak
-                 Jiwa binatang dengan daya gerak, menangkap baik dengan panca indera atau dengan indera indera dalam.
-                 Jiwa manusia dengan tingkatan daya akal materiil, daya intelektual, daya aktuil dan akal mustafad
Ibnu Sina juga menyatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud yang terlepas dari badan.
Ibnu sina mengemukakan empat dalil untuk membuktikan adanya jiwa:
-       Dalil alam kejiwaan
-       Dalil Aku dan kesatuan gejala gejala kejiwaan
-       Dalil kelangsungan
-       Dalil orang terbang atau tergantung di udara
Filsafat Wujud Ibnu Sina
Dalam teori filsafat ketuhanan, Ibnu Sina mengatakan bahwa Allah adalah wajibul wujud. Esensi menurut ibnu sina terdapat dalam akal, sdangkan wujud berada di luar akal. Kombinasi antara akal dan wujud :
a.    Esensi yang tidak dapat mempunyai wujud (mumtani’ wujud)
b.    Esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh tidak mempunyai wujud (mumkin wujud)
c.    Esensi yang tidak boleh tidak mesti mempunyai wujud, (wajib wujud)
Filsafat Wahyu dan Nabi Ibnu Sina
Ada kalanya Tuhan menganugerahkan kepada manusia akal materiil yang kuat yang disebut dengan intuisi, saking besarnya, sehigga tanpa latihan dapat mudah berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Akal serupa ini mempunyai daya suci. Inilah bentuk akal yang dapat diperoleh manusia dan hanya terdapat pada nabi nabi.

                          






                                               
                                                                                                  
                                                                                                  
              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar