FILSAFAT
Filsafat adalah sebuah studi mengenai aktivitas pola fikir, maka
yang dibahas dalam studi filsafat adalah pemikiran. Pola fikir filsafat tidak
hanya melihat apa yang tampak, tetapi membahas apa yang tidak tampak. Jika kita
gambarkan dengan sebuah pohon, maka pembahasannya tidak hanya samppai kepada
batangnya, tetapi sampai pada akarnya. Maka pola fikir filsafat bersifat
menyeluruh, sampai ke akar akarnya.
Hubungan antara metode filsafat dan metode ilmiah adalah bahwa pola
berfikir filsafat menghasilkan sebuah spekulasi dan hipotesa. Hipotesa tersebut
harus dibuktikan terlebih dahulu dengan metode ilmiah yang telah disepakati.
Maka hubungan antara filsafat dan metode ilmiah adalah sebuah hubungan yang
saling bangun membangun untuk membangun
sebuah bangunan keilmuan.
Pembahasan filsafat:
1.
Filsafat
Umum : a. Metafisika ; Metafisika umum : ontologi : - esensi
- Eksistensi
- Form
- Materi
- Causality
Metafisika Khusus : - Psikologi
- Antropologi
- Kosmologi
- Teologi
- Escatologi
b.
Epistemologi : - Logika
- Filsafat Ilmu
c.
aksiologi : - etika
- estetika
2.
Filsafat
Khusus : Filsafat Islam, filsafat pancasila, filsafat madura, filsafat kristen,
Filsafat Cina dan lain sebagainya.
Filsafat ada yang bersifat teoritis dan ada juga yang bersifat
praktis. Filsafat praktis adalah konsep yang langsung di praktekkan ke dalam
kehidupan, contohnya: etika individu, ekonomi keluarga dan politik komunikasi.
Sedangkan filsafat teoritis adalah sesuatu yang proposisi (rumus rumus),
contohnya : theologi (metafisika ketuhanan), matematika (aritmatika, astronomi,
geometri, musik), ilmu ilmu alam ( kosmologi, botani, zoologi dan minralogi).
FILSAFAT ISLAM
Sejarah Filsafat
Perkembangan filsafat :
a.
Era
Yunani
Pada
masa ini adalah awal kemunculan filsafat sekaligus menjadi induk dari filsafat
pada masa masa selanjutnya. Muncul pada abad ke 6 SM dengan adanya Shopist
(orang yang mempunyai kelebihan). Shopist adalah termasuk keturunan raja, orang
kaya, dan orang yang mempunyai keterampilan. Cara berfikir Shopist adalah
skeptis, agnostic dan relative
b.
Era
Romawi
Di
pelopori oleh Socrates (4 SM) yang merupakan bapak filsafat. Dia adalah
pencetus Philosophy. Penerus Socrates adalah Plato.
c.
Era
Kristen
Pada
masa ini filsafat dibumihanguskan dikarenakan oleh tuntutan gereja. Maka pada
masa ini ajaran filsafat tidak berkembang.
d.
Era
Islam
Filsafat
masuk ke dalam ranah keilmuan Islam pada abad ke 6 M,pada zaman daulah
Abbasyiyah (Ja’far Al Manshur). Pada hakikatnya, tidak ada filsafat dalam
Islam. Filsafat Islam sejatinya adalah filsafat Yunani yang di islamkan.
Filsafat Islam di ambil dari filsafat Yunani dan Romawi yang disertai dengan
kritik dan retorika karena masyarakat Yunani adalah masyarakat yang demokratis.
Ulama filsafat muslim menyerap bahan mentah dari filsafat Yunani disertai
dengan kritik dan menjadikan Al Qur’an sebagai landasan dalam filsafat.
Term
Filsafat dalam Islam : Falsafah, Kalam, Hikmah, Arabic Philosopy,Moslem
Philosopy.
Tujuan
Filsafat Islam:
- mengenal konsep penting dalam Islam yaitu Tuhan
yang merupakan Rima Causa (penyebab pertama).
-
Menghubungkan konsep seminal ( konsep yang belum terabtraksi) dalam Al Qur’an
-
Mencocokkan Konsep Islam dengan isu isu kontemporer.
Beberapa
filsuf muslim : Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan ar Razi.
Al FARABI
Nama
lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Uzlagh al
Farabi. Lahir di Transoxia pada abad 874 M dan wafat pada 950 M. Berasal dari
keturnan Turki. Nama Al Farabi berasal dari nama tempat kelahirannya, yaitu
Farab, Transaxonia. Al Farabi belajar di Baghdad yang merupakan pusat ilmu
pengetahuandan filsafat. Disana ia belajar filsafat, logika, matematika,
metafisika, etika, ilmu politik, musik dll. Dia dikenal sebagai al mu’allim al
tsani (Guru Kedua) setelah al mu’allim Al Awwal (Aritoteles).
Pemikiran
filsafat Al Farabi dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Aristoteles dan Plato.
Al Farabi menggabungkan kedua pemikiran ini dan mengomparasikannya dalam satu
metode ilmiah.
Pemikiran
Filsafat Al Farabi
Al
Farabi berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat dan agama.
Filsafat Emanasi
Al
Farabi berpendapat bahwa Tuhan tidak menciptakan, melainkan memancarkan (Al
Faidh). Segala sesuatu yang ada atau alam ini memancar dari zat Tuhan melalui
akal akal yang berjumlah sepuluh. Antara alam materi dan Zat Tuhan terdapat
pengantara. Tuhan berfikir tentang diri Nya, dan dari pemikiran ini memancarlah
akal pertama. Akal pertama berfikir tentang Tuhan, dari pemikiran muncullah
akal kedua. Akal kedua berfikir tentang Tuhan, dan dari pemikiran ini muncullah
akal ketiga. Demkian seteruusnya sampai memancar akar yang kesepuluh.
Dari
pemikiran akal pertama timbullah langit pertama. Akal akal lainnya juga
berfikir tentang dirinya masing masing, dam dari pemikiran itu timbullah planet
planet yang menghuni alam ini. Dengan demikian Tuhan Yang Maha Esa tidak
mempunyai hubungan langsung dengan alam materi yang mengandung arti banyak.
Filsafat Jiwa Al Farabi
Jiwa
manusia terpancar dari akal yang kesepuluh. Al Farabi membagi jiwa menjadi 3:
1.
Daya
gerak yang memuat daya mkan, memelihara dan berkembang
2.
Daya
mengetahui yang memuat daya merasa dan berimaginasi
3.
Daya
berfikri yang memuat akal praktis dan teoritis.
Filsafat Akal Al Farabi
Al Farabi membagi akal menjadi 3 tingkatan:
1.
Akal
materil/ akal potensial: menangkap bentuk bentuk dari benda benda yang dapat
ditangkap denngan panca indra.
2.
Akal
Aktuil: menangkap arti arti dan konsep konsep
3.
Akal
mustafad : mempunyai kesanggupan untuk mengadakan komunikasi dengank atau
menangkap inspirasi dari akal yang ada di ats dan diluar diri manusia, yaitu al
aql al fa’al (akal aktif). Akal inilah yang dapat menerima pancaran yang
dikirimkan Tuhan melalui akal akal tersebut.
Filsafat Kenabian Al Farabi
Nabi dan Rasul dapat menerima wahyu karena ia mempunyai kesanggupan
untuk berkomunikasi dengan akal kesepuluh yang diibaratkkan sebagai malaikat
dalam pandangan Islam. Nabi dan Rasul diberi daya imajinasi yang begitu kuat
oleh Tuhan, sehingga mereka dapat berkoomunikasi dengan akal kesepuluh tanpa
latihan. Dengan imajinasi yang kuat, para Nabi dan rasul dapat melepaskan diri
dari pengaruh panca indera dan dari tuntutan jasmani. Sementara para filsof
dapat berhubungan dengan akal kesepuluh melalui akal mustafad dan itu dilakukan
melalui latihan latihan.
AL KINDI
Al Kindi adalah
seorang filsuf besar pertama Arab dan Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf
Ya’qub bin Ishak bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais Al
Kindi. Nama Al Kindi berasal dari nama salah satu suku arab yang besar sebelum
Islam, yaitu suku Kindah.
Al
Kindi mengumpulkan hikmah Yunani dan filsafat Yunani ke dalam pemikiran umat
Islam, dimana sebelumnya, filsafat Islam yang murni adalah ilmu tauhid, yaitu
ilmu Kalam.
Pemikiran
Filsafat Al Kindi
a. Konsep
Etika (definisi filsafat atau cita filsafat)
Menurut Al
Kindi, filsafat adalah upaya meneladani perbuatan perbuatan Tuhan sejauh dapat
di jangkau oleh kemampuan manusia. Asas jiwa manusia dibagi menjadi 3 :
-
Kebijaksanaan
(hikmah) yaitu daya fikir yang bersifat teoritik dan praktis
-
Keberanian (
nadjah) yaitu daya gairah untuk mencapai sesuatu yang harus di capai dan
menolak apa yang harus di tolak
-
Kesucian (iffah)
adalah memperoleh sesuatu yang memang harus diperoleh guna mendidik dan
memelihara badan serta manahan dirinya yang tidak diperlukan untuk itu.
b. Talfiq
( Integrasi Agama dan Filsafat)
Al Kindi
berusaha memadukan antara agama dengan filsafat. Menurutnya filsafat adalah
pengetahuan yang benar. Al Qur’an yang membawa argumen argumen yang lbih
meyakinkan dan benar tidak mungkin bertenrangan dengan kebenaran yang
dihasilkan filsafat. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan filsafat
juga menggunakan akal. Yang benar pertama bagi Al Kindi adalah Tuhan. Filsafat
dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama inilah pula dasarnya. Filsafat
yang paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan.
c. Jiwa
Dalam
filsafat jiwa, Al Kindi lebih dekat kepada Plato daripada Aristoteles.
Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah baharu, karena jiwa adalah bentuk bagi
badan, jiwa dan badan membentuk suatu kesatuan esensial. Kemusnahan badan
membawa kepada kemusnahan jiwa. Sedangkan Plato
berpendapat bahwa kesatuann badan dan
jiwa adalah kesatuan temporar. Kemusnahan badan tidak mengakibatkan kemusnahan
jiwa. Jiwa, menurut Al Kindi, tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna
dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan roh dengan
Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu, jiwa bersifat
spiritual, Ilahiyah, terpisah dan berbeda dengan tubuh. Sedangkan jisim
mempunyai sifat hawa nafsu dan pemarah. Al Kindi berpendapat bahwa jiwa
mempunyai tiga daya, yakni: daya penafsu, daya pemarah, dan daya berfikir. Sebagaimana
Plato, ia membandingkan ketiga daya tersebut dengan daya berfikir sebagai sais
kereta dan kedua daya lainnya sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta
tersebut.
Filsafat
Ketuhanan Al Kindi
Adapun
mengenai ketuhanan, bagi Al Kindi , tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak
didahului oleh wujud lain. Wujud-Nya tidak berakhir, sedangkan wujud lain
disebabkan oleh wujud-Nya.
Tuhan
dalam filsafat Al Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah atau mahiah.
Tidak aniah karena Tuhan tidak termasuk benda benda yang ada di alam, bahkan Ia
adalah pencipta alam. Ia tidak tersusun
dari materi dan bentuk. Juga, Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam bentuk
mahiah, karena Tuhan tidak merupakan genus atau spesies. Tuhan hanya satu, dan
tidak ada yang serupa dengan Tuhan. Tuhan adalah unik. Ia adalah alhaq al awwal
dan al haq al wahid. Ia semata mata hanya satu.
Sesuai
dengan paham yang ada dalam Islam, Tuhan bagi Al Kindi adalah pencipta dan
bukan penggerak pertama sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles. Alam
bagi Al Kindi bukan kekal di zaman lampau tetapi mempunyai permulaan.
IBNU
SINA
Nama
lengkapnya Abu Ali Al Husein ibn Abdullah Ibn al Hasan ibn Ali ibn Sina. Lahir
di desa Afsyanah, dekat Bukhra Transoxina. Meninggal pada tahun 1037 M/428
Hdalam usia 58 tahun dan dimakamkan di Hamadzan Iran.
Pemikiran
Filsafat Ibnu Sina
Filsafat
Jiwa
Pemikiran
jiwa Ibnu Sina tidak berbeda dengan pemikiran Al Farabi. Keduanya menyatakan
teori emanasi (konsep al Faidh).
Segi
segi kejiwaan Ibnu Sina dibagi menjadi 2 segi:
-
Segi fisika,
membicarakan tentang jiwa
-
Segi metafisika,
membicarakan hakikat jiwa, pertalian jiwa dengan badan dan keabadian jiwa.
Ibnu Sina membagi jiwa
menjadi 3 bagian:
-
Jiwa tumbuh
tumbuhan dengan daya makan, tumbuh dan berkembang biak
-
Jiwa binatang
dengan daya gerak, menangkap baik dengan panca indera atau dengan indera indera
dalam.
-
Jiwa manusia
dengan tingkatan daya akal materiil, daya intelektual, daya aktuil dan akal
mustafad
Ibnu Sina juga menyatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit
yang tersendiri dan mempunyai wujud yang terlepas dari badan.
Ibnu sina mengemukakan empat dalil untuk membuktikan adanya jiwa:
-
Dalil
alam kejiwaan
-
Dalil
Aku dan kesatuan gejala gejala kejiwaan
-
Dalil
kelangsungan
-
Dalil
orang terbang atau tergantung di udara
Filsafat Wujud Ibnu Sina
Dalam teori filsafat ketuhanan, Ibnu Sina mengatakan bahwa Allah
adalah wajibul wujud. Esensi menurut ibnu sina terdapat dalam akal, sdangkan
wujud berada di luar akal. Kombinasi antara akal dan wujud :
a.
Esensi
yang tidak dapat mempunyai wujud (mumtani’ wujud)
b.
Esensi
yang boleh mempunyai wujud dan boleh tidak mempunyai wujud (mumkin wujud)
c.
Esensi
yang tidak boleh tidak mesti mempunyai wujud, (wajib wujud)
Filsafat Wahyu dan Nabi Ibnu Sina
Ada kalanya Tuhan menganugerahkan kepada manusia akal materiil yang
kuat yang disebut dengan intuisi, saking besarnya, sehigga tanpa latihan dapat
mudah berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau
wahyu dari Tuhan. Akal serupa ini mempunyai daya suci. Inilah bentuk akal yang
dapat diperoleh manusia dan hanya terdapat pada nabi nabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar